Ilustrasi kekayaan alam.
Banjarmasin, ibu kota Provinsi Kalimantan Selatan, seringkali dikenal sebagai "Kota Seribu Sungai". Pesona utama kota ini memang terletak pada jaringan sungai yang luas dan aktivitas perdagangan di atas air. Namun, di balik citra sungai yang ikonik, tersembunyi sebuah permata hijau yang patut disorot: hutan di kawasan sekitarnya. Keberadaan hutan ini, baik yang masih alami maupun yang dikelola, memberikan kontribusi vital bagi ekosistem, iklim, dan kualitas hidup masyarakat Banjarmasin.
Meskipun Banjarmasin sendiri merupakan kota padat dengan pembangunan yang terus berkembang, area hijau dan hutan masih dapat ditemukan di pinggiran kota dan wilayah administratif yang lebih luas. Wilayah Kalimantan Selatan kaya akan hutan hujan tropis yang memiliki keanekaragaman hayati luar biasa. Hutan-hutan ini berperan sebagai paru-paru kota, menyerap karbon dioksida, menghasilkan oksigen, dan menjaga keseimbangan siklus air.
Salah satu contoh area yang memiliki potensi hutan adalah kawasan Taman Hutan Rakyat (Tahura) Sultan Adam di Kabupaten Banjar, yang lokasinya berdekatan dan mudah diakses dari Banjarmasin. Tahura ini tidak hanya menjadi paru-paru kota tetapi juga berfungsi sebagai tempat rekreasi, edukasi, dan konservasi alam. Di sini, pengunjung dapat merasakan ketenangan hutan, mengamati berbagai jenis tumbuhan, dan mendengar suara satwa liar yang mendiami kawasan tersebut.
Hutan-hutan di sekitar Banjarmasin memiliki peran yang multifaset. Pertama, sebagai penyerap karbon, hutan membantu mitigasi perubahan iklim dengan mengurangi kadar gas rumah kaca di atmosfer. Ini sangat penting mengingat Banjarmasin, seperti banyak kota besar lainnya, menghadapi tantangan terkait kualitas udara.
Kedua, hutan berperan penting dalam mengatur tata air. Akar-akar pohon membantu menahan tanah, mencegah erosi, dan memastikan pasokan air bersih. Di daerah yang rentan terhadap banjir seperti Banjarmasin, keberadaan hutan yang rimbun dapat membantu menyerap kelebihan air hujan dan mengurangi risiko bencana banjir, meskipun tantangan hidrologi kota ini juga dipengaruhi oleh pasang surut air laut dan curah hujan yang tinggi.
Ketiga, hutan adalah rumah bagi berbagai spesies flora dan fauna. Keanekaragaman hayati ini merupakan kekayaan alam yang tak ternilai. Upaya konservasi hutan berarti turut menjaga kelestarian spesies-spesies yang mungkin hanya bisa ditemukan di ekosistem Kalimantan.
Keempat, hutan memberikan manfaat ekonomi dan sosial. Kawasan hutan yang dikelola dengan baik dapat menjadi destinasi ekowisata, membuka peluang ekonomi bagi masyarakat lokal melalui pengelolaan homestay, kerajinan tangan, atau pemandu wisata. Selain itu, hutan juga menyediakan sumber daya alam seperti hasil hutan bukan kayu (rotan, madu, buah-buahan) yang dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan.
Meskipun perannya krusial, hutan di sekitar Banjarmasin juga menghadapi berbagai tantangan. Urbanisasi yang pesat, perluasan lahan pertanian dan perkebunan, serta potensi kegiatan penebangan liar dapat mengancam kelestarian ekosistem hutan. Perubahan iklim global juga memberikan tekanan tambahan, memengaruhi pola curah hujan dan keanekaragaman hayati.
Oleh karena itu, diperlukan upaya kolaboratif dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, masyarakat, sektor swasta, dan akademisi, untuk menjaga dan melestarikan hutan-hutan ini. Program reboisasi, pengembangan ekowisata berbasis masyarakat, penegakan hukum terhadap aktivitas ilegal, serta peningkatan kesadaran publik tentang pentingnya hutan menjadi langkah-langkah strategis yang perlu terus digalakkan.
Dengan kesadaran dan tindakan yang tepat, hutan di sekitar Banjarmasin dapat terus menjadi oasis hijau yang memberikan manfaat berkelanjutan bagi lingkungan dan masyarakatnya. Mari kita jaga kelestarian alam Kalimantan Selatan agar warisan berharga ini dapat dinikmati oleh generasi mendatang.